Tuesday, November 15, 2016

Agama Milik Siapa?

     Hujan yang terus turun pagi itu membuat Mustapha dan Ali belum juga bisa beranjak pergi untuk memperbaiki pagar rumah pak Markus. Tidak terlalu jauh dari kampung mereka namun kondisi hujan deras juga tidak memungkinkan mereka untuk pergi dan  melakukan pekerjaannya. Mereka cuma bisa terduduk di balai balai depan rumahnya menunggu hujan reda sambil menikmati kopi pagi dan gorengan sarapan pagi mereka.

" Ali, kamu tahu kenapa pagar rumah Pak Markus rusak?" tiba tiba Mustapha bertanya pada anaknya. " Katanya dirusak sama anak anak muda kampung situ, yah" jawab Ali. " Iya Ali, dua hari yang lalu waktu pak Markus nelpon Ayah, katanya juga begitu,ada beberapa anak muda datang kerumahnya dan tiba tiba merusak pagar rumahnya". 
" Memangnya kenapa sih Yah ?" Ali balik bertanya pada Ayahnya. " Katanya mereka gak bisa terima kalau pak Markus buat acara kebaktian dirumahnya karena kebanyakan dari penduduk dikampung mereka adalah muslim dan mereka takut ajaran Kristen pak Markus mempengaruhi warganya", Mustapha memberi penjelasan pada anaknya.

     Ali bertanya lagi " kenapa bisa takut Yah? bukannya muslim disitu banyak dan kristennya sedikit, harusnya pendeta Markus yang takut penduduk muslim yang mayoritas mempengaruhi umat kristen yang minoritas dikampung itu".  Pertanyaan yang lugu namun jujur terhadap kondisi ril tanpa harus diembeli pemikiran tentang apa  keyakinannya dan kualitas benar salahnya.
" Iya, kamu benar Ali. Kalau kita melihat dari jumlah harusnya yang sedikit takut sama yang jumlahnya lebih banyak. Tapi itulah sikap mental, banyak jumlahnya belum tentu membuat kita yakin akan kekuatan kita, malah sebaliknya, merasa inferior dan terancam dengan kelompok yang lebih kecil".
" Atau jangan jangan mereka gak yakin sama keislaman mereka sendiri sehingga harus takut sama keyakinan orang lain" celoteh Ali.
Mustapha tersenyum mendengar kata kata Ali " harusnya begitu, kalau sudah yakin dengan keislamannya kita tidak perlu takut lagi dengan ajakan ataupun hasutan dari luar, lagian pak Markus juga tidak mengajak ataupun menghasut penduduk lainnya, dia cuma mengajak penduduk yang seiman dengannya untuk berdoa dirumahnya" kata Mustapha kepada anaknya.

     Hujan belum juga menampakkan tanda tanda untuk berhenti, bagi Ali sendiri duduk dan diskusi dengan Ayahnya adalah salah satu hal yang disenanginya. Dari Ayahnya dia selalu mendapat sudut pandang yang berbeda dengan kebanyakan orang orang, sudut pandang yang menyeluruh, objektif dan  bebas dari kotak kotak pemikiran. Seperti biasa, kali ini Ali  juga merasa ada sesuatu hal yang ingin disampaikan Ayahnya. Sudah menjadi kebiasaan untuk berdiskusi, seperti setelah makan malam mereka sering menghabiskan waktu di balai balai mereka, membahas apa saja mulai dari keluarga, agama dan kehidupan sosial.

     Dugaan Ali benar, tiba tiba Mustapha bertanya, "Ali, menurut kamu agama itu milik siapa'?
" Agama apa dulu Yah?" Ali balik bertanya. " Agama apapun" kata Mustapha.
Pertanyaan yang gampang sekali pikir Ali, anak kecil sekalipun bisa menjawabnya. " Agama milik masing masing penganutnya Yah, Islam ya milik muslim, Kristen milik mereka yang beragama Kristen dan Yahudi juga milik yang beragama Yahudi" jawab Ali.
" Bagus kalau mereka merasa memiliki agamanya, jadi mereka akan berusaha hidup sesuai dengan tuntunan agamanya" kata Mustapha.
" Maksud Ayah, ada pemilik lain dari agama?' Ali jadi bingung dan bertanya pada ayahnya.
" Agama itu bukan milik siapa siapa Ali, dia milik dirinya sendiri, milik Tuhan" terang Mustapha.
" Iya pasti lah Yah, kan agama diturunkan dari Tuhan seperti Islam, Kristen dan Yahudi".

     Semua muslim meyakini bahwa agama  seperti Yahudi, Kristen dan Islam diturunkan oleh Tuhan yang sama namun permasalahnnya tidak hanya cukup meyakini bahwa agama agama itu turun dari Tuhan karena pada kenyataannya banyak konflik beragama terjadi, khususnya bagi agama agama yang turun dari Tuhan, seperti perang Islam dengan Kristen, Islam dengan Yahudi maupun Kristen dengan Yahudi. Ketika meyakini semua agama turun dari Tuhan disaat yang sama pula banyak penganut agama mengklaim agama yang diyakininyalah yang paling benar dan agama lain salah/sesat ataupun kadaluarsa.

     Bagi kebanyakan Muslim mengatakan bahwa Yahudi dan Kristen sudah kadaluarsa, tidak sesuai lagi karena sudah diperbaharui oleh Islam dan nilai nilai dalam Islam ini abadi sampai akhir jaman dan tidak boleh diganggu atau direvisi oleh siapapun.
Bagi pemeluk Kristen dan yahudi menganggap Muhammad adalah Nabi palsu dan ajarannya bukan dari Tuhan. Ekslusifisme inilah yang menjadi benih benih permusuhan antar umat beragama, merasa agamanya yang terbaik dan menyalahkan semua agama yang lain.

" Lantas kalau semua agama berasal dari Tuhan kenapa sesama mereka sering berperang?" tanya Mustapha lagi kepada anaknya.
" Karena masing masing mereka tidak menjalankan agamanya secara benar" jawab Ali
" Jadi semua agama adalah benar?' tanya Mustapha lagi kepada Ali.

Bagi Ali pertanyaan salah benar selalu menjadi pertanyaan yang sangat susah untuk dijawabnya, memang dia masih terlalu muda, masih remaja namun keluasan dan kedewasaan berpikir Mustapha telah banyak tertular dalam dirinya melalui diskusi diskusi kecil yang sering mereka lakukan. Dia selalu menghindar dari perkataan perkataan yang menghakimi yang tanpa sadar hal itu juga dia turunkan dari gaya berpikir ayahnya.

" Kalau kebenaran mungkin relatif Ayah, sesuatu yang benar ditempat kita belum tentu benar ditempat lain, namun Ali yakin semua agama mengajarkan kasih dan sayang, pembebasan dan mengangkat martabat manusia" jawaban yang sangat bijak dari seorang Ali yang masih remaja.
" Jadi kalau mereka benar banar menjalankan agamanya secara benar pastinya tidak akan perang Yah" tambah Ali.

     Mustapha tidak sedang mengajari dan mendikte cara berpikir anaknya, baginya diskusi dengan Ali adalah cara dia membagi cerita, pengalaman dan ilmu, tentunya dia sangat sadar anaknya memiliki sudat pandang sendiri dan bisa mendapatkan referensi yang lebih banyak lagi diluar dengan kemudahan akses akses informasi di media.

" Iya, Ayah setuju, semua agama yang pernah diturunkan adalah untuk kebaikan kemanusiaan, menuntun manusia untuk selalu berada pada jalan fitrahnya sebagai mahluk yang senang pada keindahan,kedamaian dan kesucian. Agama itu seperti cahaya, dia datang untuk menerangi gelap jalan kita, kita tahu kemana harus melangkah dan tahu apa yang harus kita hindari untuk kebaikan kita pribadi dan kebaikan  bersama, bagi kemanusiaan". kata Mustapha kepada Ali.

     Seperti cahaya, agama bukan milik siapa siapa, dia milik dirinya sendiri, milik Tuhan. Seperti sinar matahari dipagi hari, cahaya selalu menerangi kegelapan dan  selalu terang seperti apa ada dirinya dari sejak awal penciptaan hingga kiamat nanti.
Semua muslim meyakini bahwa semua nabi yang disebutkan dalam Quran adalah Islam (berserah diri). Mulai dari Adam hingga Muhammad adalah pembawa cahaya Tuhan, agama Tuhan.

     Cahaya itu selalu sama dan tidak pernah berubah, yang berbeda hanya dalam terapan kehidupan mereka masing masing, yang disesuaikan dengan tuntutan keadaan dan budaya mereka. Intepretasi cahaya terhadap masing masing jaman dan peradaban lah yang membuat tampilan cahaya jadi berbeda, namun tetap untuk menciptakan kebaikan bagi kemanusiaan. Sementara benar dan salahnya sendiri tunduk terhadap standart kebaikan pada jamannya masing masing.

     Mustapha menambahkan lagi " permusuhan itu terjadi ketika ada cahaya yang masuk rumah, maka kita klaim cahaya adalah milik kita. Kita lupa bahwa rumah rumah yang lain juga masuk cahaya. Ketika masing masing mengatakan bahwa cahaya adalah miliknya, dan yang benar adalah miliknya inilah awal perselisihan, masing masing kita suka menghakimi orang lain dalam kegelapan hanya karena kita cuma tahu rumah kita yang ada cahaya. Bahkan untuk peradaban primitif yang belum terjamah peradaban modern sekalipun ada cahaya Tuhan disana yang diterjemahkan oleh mereka sesuai dengan peradaban mereka sendiri".

     Permusuhan dan peperangan antar agama terjadi ketika ego dilkekatkan pada agama, ini agamaku, apa agamamu?  agama dia dan apa pula agama mereka?. Jangan pernah lekatkan ego pada agama, justru agama menginginkan kita meruntuhkan ego, selalu mengevaluasi dan menghakimi diri terlebih dahulu sebelum berkata dan bertindak,  untuk membuat kita lebih mawas diri dan selalu mengawasi moral sendiri agar selalu dalam rule fitrah kemanusiaan kita yang hanief.

" Tapi bukankah masing masing agama seperti Islam, Kristen dan Yahudi itu eksis dan berdiri sendiri Ayah?" Ali bertanya.
" Iya, betul Ali, cahaya Tuhan itu turun kapan saja dan dimana saja, bukankah Tuhan itu maha berkata kata? begitulah agama agama. Tuhan selalu berkata kata pada hambanya pada setiap masanya, dan agama  dengan aturan aturannya adalah rule yang diberikan, yang segala sesuatunya diterjemahkan sesuai dengan konteks budaya dan daerahnya masing masing. Walupun terjadi beda penafsiran terhadap cahaya yang mewujud dalam aturan masing masing agama  yang disebabkan karena beda jaman dan beda daerah geografisnya namun hal ini tidak menghilangkan esensi cahaya sebagai sumber penerang dalam hidup" Mustapha memberi penjelasan kepada Ali.

 " Bagaimana dengan perang perang yang dilakukan nabi Muhammad Ayah?" Ali bertanya lagi.
Mustapha menarik nafas dalam dalam sambil berkata pada Ali " pertanyaan yang bagus Ali, perang perang yang dilakukan Rasulullah lah yang banyak melegitimasi para muslim sekarang untuk memerangi yang tidak seyakinan dengan dirinya. Tapi kita harus melihat Rasulullah tidak pernah memerangi orang karena keyahudiannya, Rasulullah tidak pernah memerangi seseorang karena kekristenannya. Bukankah ketika Rasulullah memulai kehidupan di Madinah dengan Piagam Madinahnya menjamin kehidupan antar umat beragama yang saling bertoleransi dan punya hak yang sama dalam hidup dan melindungi kota madinah, bukankah banyak kisah Rasulullah memberi makan Yahudi miskin di sudut sudut kota Madinah. Rasululullah juga pernah mengirim para sahabat untuk berlindung pada kerajaan Habasiyah yang pada saat itu rajanya adalah seorang yang non muslim (Kristen), Rasulullah bukanlah orang yang munafik, ketika terdesak minta bantu pada non muslim namun ketika diatas malah menginjak dan memeranginya. Bukankah Rasulullah senang mendengar kabar menangnya tentara kerajaan Kristen Romawi melawan kerajaan Persia. Rasulullah sangat menghargai keberagaman baragama, adapun perang perang yang dilakukan Rasulullah adalah perang melawan nilai nilai kemungkaran dan kemunafikan yang terjadi pada saat itu, seperti yang terjadi pada perang dengan kaum Yahudi di Medinah, bukan karena mereka beragama Yahudi tapi karena mereka telah mengingkari perjanjian perjanjian yang telah disepakati bersama. Begitu juga perang dengan musyrikin Mekkah, Rasulullah melakukan perang terhadap praktek prakter amoral dan asusila dari penduduk Mekkah yang mengakibatkan runtuhnya konstruksi sosial yang beradab dari masyarakat Mekkah. Begitu amoralnya mekkah pada saat itu sehingga Rasulullah perlu memeranginya dengan meletakkan pondasi tauhid dan tatanan sosial yang lebih bermatabat dalam bentuk bentuk hukum moral dalam agama. Fokus perjuangan Rasulullah tidak pernah bergeser dari membangun moral dan peradaban yang baik bukan memerangi agama orang lain".

     Ali mengangguk anggukkan kepala mendengar paparan ayahnya, dengan mata yang menyempit dia berkata " Ok..jadi Rasulullah tidak pernah memerangi orang lain karena agamanya namum memerangi praktek praktek amoral dan asusila yang terjadi pada saat itu yang kebanyakan terjadi karena salahnya pondasi tauhid mereka (Musyrik), dan menurut ayah solusi untuk mengatasi permusuhan antar agama ini adalah menghilangkan ego diri dalam agama?"

" Iya, ketika ada orang yang mengatakan sinar matahari yang masuk kerumah kita ini tidak bagus apakah itu akan menguragi cahayanya? tidak kan? cahaya itu tidak bergantung pada penilaian orang lain dan dia akan tetap akan terang dengan sendirinya. kalaupun ada yang menghina agama kita, agama kita tidak akan hilang kesuciannya. Mungkin hati kita terasa sakit namun disitulah guna agama, kita gunakan agama untuk mengontrol hati kita agar terhindar dari hal hal buruk dari rasa sakit hati tadi. Lantas bagaimana dengan agama orang lain? dengan cahaya yang masuk rumah orang? bukan hak kita untuk menghakimi, itu urusan yang bersangkutan dengan pemilik cahaya, mereka mau menambahkan kaca warna warni dijendelanya agar cahaya yang masuk kerumahnya lebih bervariasi juga hak mereka. Kita tidak boleh menghakimi manusia lainnya karena kita tidak pernah tahu bagaimana hubungan masing masing hati manusia dengan Tuhan sebagai sumber cahaya, sumber agama" penjelasan Mustapha pada anaknya.

     Hujan mulai berhenti dan matahari yang tadi bersembunyi di balik awanpun sudah keluar seperti juga cahaya yang baru masuk dalam pemikiran Ali tentang kepemilikan agama dengan segala perselisihan antar agama yang terjadi dari sudut pandang ayahnya, kawan diskusi dan sekaligus gurunya. Mereka harus melanjutkan lagi langkah mereka dengan tuntunan cahaya yang mereka miliki dan juga untuk membangun pagar pagar jarak keamanan sosial yang saling menjaga dan melindungi dari keberagaman etnis dan agama yang ada.












 




   


   





   


     

     

Surga, Sistem atau Tujuan Kehidupan?

Masjid Nabawi Madinah 2012 Terlalu sering kita mendengar ajakan melakukan amalan amalan menuju surga ataupun meninggalkan perbuatan ...