Saturday, December 10, 2016

Hitam Putih

Snuff Milss, Bristol 2016
Benar dan salah adalah salah satu perdebatan abadi yang paling banyak menyumbang kekacauan dimuka bumi. Perdebatan  sudah dimulai sejak sejarah manusia pertama yang tercatat dalam sejarah, Adam as dan mungkin hingga kehidupan di dunia ini berakhir, debat benar dan salah ini akan berakhir pula. Perdebatan benar salah ini bukan hanya terjadi pada setiap level kehidupan namun juga terjadi dalam setiap aspek kehidupan manusia.

Pada kenyataannya sekarang sudah sangat banyak produk hukum sebagai alat pengahakiman dan pengambilan keputusan terhadap segala persoalan, proses hukum yang akan menentukan kebenaran dan kesalahan dari setiap kasus yang terjadi dalam kehidupan manusia. Produk hukum ini pula telah disiapkan untuk menyentuh setiap sisi dan dan aspek kehidupan manusia.

Namun kali ini kita tidak membahas tentang hukum hukum positif yang mengatur tentang kehidupan manusia, yang sudah pastinya sangat tergantung pada konsep kewilayahan, bersifat tentatif dan terus  berkembang seiring dengan perubahan jaman. Kali ini kita akan sedikit membahas mengenai benar dan salah dalam pandangan agama, apakah benar dan salah itu bersifat statis atau dinamis atau bahkan kedua keduanya. Apakah kehidupan moral beragama didasarkan atas penilaian hitam dan putih atau sebaliknya, kehidupan moral beragama itu sangat berwarna.

Dalam kehidupan beragama, apapun agamanya akan sangat kental dengan kajian benar dan salah, dalam masing masing kitab agama akan banyak sekali kita jumpai tentang larangan larangan dan suruhan suruhan. Suruhan dan larangan dalam beragama ini akan berimplikasi pada moral yang benar atau moral yang salah. Ketika kita melakukan semua suruhan maka kita dimasukkan dalam golongan moral yang benar namun ketika melakukan semua larangan maka kita dimasukkan dalam golongan moral yang salah.

Dimanakah benar dan salah itu berada? sebagian orang akan berkata benar dan salah itu ada dalam keobjektifan berpikir, sebagian yang lainnya akan berkata benar dan salah itu ada di dalam hati dan rasa dan sebagiannya lagi akan berkata benar dan salah itu ada di kitab suci. Dalam tulisan ini akan melakukan pendekatan terhadap sejarah kenabian yang disajikan dalam agama (khususnya Islam) dalam mengklasifikasi benar dan salah.

Dalam dunia Islam semua muslim meyakini bahwa kenabian membawa  misi yang sama, yaitu Islam. Ketika ditanya, seorang muslim akan menjawab bahwa semua nabi adalah Islam, mereka membawa pesan pesan Islam kepada umatnya, dan oleh  karena itu kenapa setiap muslim meyakini para nabi merupakan orang tercerahkan/suci dari umatnya pada masanya masing masing. Sekalipun itu Musa as yang merupakan nabi Yahudi, walau banyak muslim tidak menyukai Yahudi namun semua muslim mengakui kenabian Musa as. Begitu juga terhadap Yesus (Isa as), walau banyak muslim tidak setuju dan dengan sebagian nilai nilai Nashrani, namun semua muslim beranggapan bahwa nabi Isa adalah manusia suci dan seorang nabi.

Lantas bagaimana para nabi sebelum Muhammad saw bisa dikatakan Islam? bukankah pilar Islam itu ada 5 hal, sedangkan mereka sendiri tidak menerima 5 pilar tersebut pada jamannya masing masing. Didalam Quran tidak disebutkan masing masing nabi itu mengucapkan kalimat Syahadah, pada jaman mereka belum mengenal Shalat seperti yang dilakukan Rasulullah saw, kesemua mereka bukan bangsa Arab dan tidak mengenal bulan Ramadhan untuk puasa, dan juga belum mengenal konsep Zakat. Dari kejadian ini akan timbul pertanyaan, Islam itu sendiri apa? kalau memang menjadi seorang Muslim harus tunduk pada ke 5 pilar kenapa orang orang sebelum Muhammad saw juga bisa dikatakan Islam, bahkan dilabeli dengan jabatan Nabi padahal mereka belum mengenal 5 konsep/pilar bergama dalam Islam. Hal tentang apakah Islam ini sendiri akan disajikan dalam tulisan berikutnya   (Hanya Ada Satu Jalan).

 Sampai saat ini kita menyetujui mulai dari Adam as hingga Muhammad saw adalah pembawa ajaran Islam, dari keyakinan ini kita menyetujui bahwa warna Islam itu sendiri berubah ubah dari jaman ke jaman sesuai dengan budaya dan tingkat peradaban dari  masing masing nabi tersebut.
Sesuatu yang pernah dilakukan secara benar pada masa Adam as bisa saja dianggap salah jika dilakukan pada masa Muhammad saw, sesuatu yang secara benar dilakukan oleh Sulaiman as dan nabi nabi lainnya pada jamannya akan jadi salah jika dilakukan dijaman Muhammad saw namun dalam Quran nabi nabi terdahulu sebelum Muhammad saw itu tidak pernah dicap kafir tehadap nilai nilai Islam.

Untuk lebih jelasnya kita akan langsung melihat pada beberapa kejadian dari nabi nabi terdahulu sebelum Muhammad saw, tindakan tindakan yang dilakukan oleh nabi nabi terdahulu baik itu perintah Tuhan maupun tindakan pribadi yang kontradiktif jika dikaitkan dengan Syariah yang diajarkan Muhammad saw.

Pertama, Adam as melakukan pernikahan sedarah terhadap anak anaknya. Pernikahan sedarah ini tentunya adalah sangat terlarang dalam Syariah Islam yang diajarkan Muhammad saw namun tidak halnya pada jaman Adam as, itu adalah pilihan terbaik yang harus dilakukan. Atas petunjuk Tuhan, Adam meminta kedua anak laki lakinya (Qabil dan Habil) memberi persembahan kepada Tuhan. Tidak ada penjelasan detail tentang bagaimana prosesi pemberian penyembahan kepada Tuhan ini, apakah ditempatkan diatas batu, diatas bukit atau lainnya karena tidak mungkin diserahkan langsung kepada Tuhan karena dalam Islam konsep Tuhan jelas tidak bisa dilihat dan tidak berbentuk (bukan objek) seperti manusia. Kalau permintaan Adam as kepada anaknya ini kita lakukan sekarang, setelah kita menerima Syariah dari Muhammad saw bisa bisa kita dikatakan syirik, memberikan sesajian tanpa tau kemana hilangnya sesajian kita itu. Namun tidak pada jaman Adam as, begitulah cara mereka, peradaban mereka menterjemahkan perintah perintah Tuhan dalam kehidupan mereka. Apakah Adam as pendosa dan berlaku salah? kita tidak bisa mengatakan begitu karena apa yang dilakukan adalah perintah Tuhan.

Kedua, Yunus as meninggalkan penduduknya dan menaiki kapal untuk pergi ke negeri yang lain. Ketika kapal yang dinaiki Yunus as tidak bergerak dilautan, pihak kapal melakukan undian kepada semua penumpang untuk dilempar ke laut sebagai sesembahan agar terlepas dari masalah yang mereka hadapi. Melakukan undian dalam hidup dan memberikan sesembahan agar terlepas dari masalah adalah sangat terlarang dalam Syariah yang diajarkan Muhammad saw, namun hal itulah yang telah dilakukan Yunus as pad saat itu. Mengundi nasib ini sama dengan judi dalam Islam, dan memberikan sesembahan kelaut ini mengingatkan kita akan tradisi Rabu abeh/Tolak bala dalam sebagian masyarakat Aceh, yang biasanya melakukan sesembahan berupa badan kerbau yang sudah mati kelaut, hal ini jelas jelas dianggap Syirik dalam Syariah Islam. Lantas apakah Yunus as seorang yang berlaku salah dan pendosa karena mengikuti undian hidup dan merelakan tubuhnya jadi sesembahan bagi laut? saya yakin tidak satupun berani menyalahkan Yunus as dengan kenabiannya walaupun apa yang telah dilakukannya jelas jelas bertentangan dengan syariah yang diajarkan Muhammad saw. Begitulah peradaban masa Yunus as meyakini dalam melepaskan masalah dalam kehidupan mereka.

 Ketiga, Daud as yang beristrikan 100 orang. Diriwayatkan bahwa Daud as adalah seorang raja besar yang memiliki istri 100 orang. Apa yang dilakukan oleh Daud as ini juga bertentangan dengan nilai nilai Syariah yang diyakini oleh banyak muslim (beristrikan 4 orang). Namun apakah beristrikan banyak lebih dari 4 ini adalah perbuatan salah dan dosa dari Daud as? walaupun itu bertentangan dengan semangat Syariah yang diajarkan Muhammad saw, semua muslim tetap meyakini Daud adalah seorang nabi/utusan Tuhan kemuka bumi.

Dan banyak lagi sejarah sejarah lainnya yang darinya kita bisa belajar tentang dinamisasi standart kebenaran dalam bergama. Dari 3 penggalan kisah nabi nabi diatas bisa dilihat adanya praktek praktek yang dilakukan para nabi sebelum Muhammad saw yang bertentangan dengan Syariah. Namun disisi lain semua muslim meyakini semua nabi adalah Islam, lantas yang manakah Islam yang sebenarnya? kebanyakan muslim akan menjawab, Islam adalah yang diajarkan Muhammad saw karena Muhammad saw adalah yang terakhir dan penyempurna dari ajaran yang mereka bawa. Pada kenyataanya juga Syariah yang dibawa Muhammad saw telah menjadi aturan aturan yang mengikat seluruh muslim didunia saat ini.

Bagi seorang muslim adalah suatu ketaatan ketika bisa mengikuti semua aturan aturan yang telah diberikan Illahi dalam Quran, Kata kata di kitab suci menjadi acuan benar dan salah dalam berpikir,berkata dan bertindak. Sejauh ini hampir bisa dikatakan tidak ada yang berani membantah perintah dan larangan larangan dalam kitab suci, kitab suci adalah harga mati dalam beragama.

Namun penggalan kisah kisah diatas memberikan gambaran kepada kita adanya standar ganda tentang benar dan salah, dulunya mereka lakukan itu dinggap benar namun setelah ada Muhammad saw, itu sudah menjadi salah. Apakah Tuhan itu plin plan? dulu dibolehkan dan sekarang tidak. Tentu tidak, Tuhan sudah pasti tidak plin plan, tidak berstandart ganda, namun kenapa juga kontradiksi itu bisa terjadi?

Sebuah hadist dari Ahmad, Abu Daud, An Nasa-i dan Ibnu Majah " Diangkat pena dari tiga orang, orang tidur hingga dia bangun, orang gila hingga sadar dan anak yang belum akil baligh". Dari hadist tersebut bisa dilihat ada 3 jenis manusia yang tidak dihitung amal baik dan buruknya. ketiga golongan ini tidak terikat hukum benar dan salah. lantas kenapa mereka bisa terbebaskan dari konsep salah benar? apa kesamaan mereka sehingga perbuatan mereka terbebaskan dari penilaian salah benar?. Jawaban yang paling mungkin adalah akal, pada orang tidur akal tidak bekerja, pada orang gila juga sama dan pada anak anak akalnya juga belum sempurna.

Pencatatan amal sangat tergantung pada akal manusia, nilai nilai benar dan salah bergantung pada kemampuan akal untuk bekerja. Ketika akal tidak bekerja maka gugurlah penialaian benar dan salah terhadapnya..

Berbicara tentang akal akan sangat erat kaitannya dengan pola pikir, kebiasaan, budaya dan peradaban manusia. Akal adalah sumber dari semua peradaban yang dihasilkan manusia. Akal adalah sarana utama manusia dalam menjawab semua tantangan kehidupan, mulai dari tantangan perbedaan gender, tantangan alam seperti kondisi geografis dan iklim, hingga tantangan kehidupan sosial. Karena inilah kita bisa melihat adanya keberagaman karakter budaya yang ada dalam kehidupan kita, sesuai dengan jaman dan kewilayahannya.

Dalam beragama, kondisi budaya dan peradaban suatu tempat sangat berpengaruh dalam upaya akal untuk menterjemahkan pesan pesan Tuhan, seperti yang kita lihat pada 3 contoh kasus nabi diatas. Perbedaan standart kebenaran dari beda jaman dan beda wilayah bukanlah bentuk ke plin planan Tuhan sebagai penguasa, namun begitulah intepretasi terbaik yang mereka berikan terhadap firman/ kalam Tuhan yang mereka terima pada masa dan tempat mereka.

Perbedaan kakarakter budaya juga telah melahirkan multitafsir dalam dunia Islam, dengan sumber yang sama yaitu Quran dan Hadist, telah melahirkan banyak sekali mahzab dan aliran pemikiran dalam Islam. Kalau kebenaran itu hitam dan putih tentunya akan seragam warna dalam Islam, kita akan mewarisi nilai nilai Islam yang sama dari jaman Adam as hingga jaman kita pada saat ini, namun kenyataan tidak begitu, Islam sangat beragam, mulai dari jaman Adam as hingga ke Muhammad saw punya warnanya masing masing, begitu juga pasca Muhammad saw, masing masing daerah memiliki mahzabnya sendiri sendiri yang paling sesuai dengan konteks pemikiran, budaya dan  kondisi geografisnya.

Dari referensi sejarah yang ada dan kondisi Islam sekarang memberikan gambaran bahwa benar dan salah bukanlah tentang hitam dan putih, bukanlah suatu hal yang statis namun dinamis, selalu bergerak menyesuaikan dengan jaman dan tingkat peradabannya.  Benar dan salah adalah sangat berwarna sesuai dengan kemampuan akal manusia untuk menterjemahkan pesan pesan Ilahi pada jamannya yang ada dalam kitab suci maupun dalam perkataan dan perbuatan Nabi. Setiap jaman dan semua kondisi kemanusiaan tersambungkan dengan Tuhan melaui akal dan hati manusia. Sekolot apapun jamannya, seprimitif apapun manusianya seperti suku Mante,Tuhan selalu berkata kata kepada hambaNya seperti firman Tuhan dalam Quran  ( Yunus : 47 ) " Tiap tiap umat mempunyai rasul, maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka sedikitpun tidak aniaya".

Kapanpun dan dimanapun  Tuhan selalu hadir dan berkata kata pada manusia. seimbangkan hati dan akal untuk selalu memberikan yang terbaik bagi kehidupan.

Wallahu'alam.







   

Friday, December 9, 2016

Syair si Buta

Aku tak pernah takut akan kegelapan
Karena pekatnya selalu mengingatkanku untuk berhati hati
Pekatnya selalu menyadarkan aku selalu butuh keselamatan
Untuk menjaga setiap langkah
Pulang selamat dan penuh damai kerumah peristirahatanku

Yang kutakutkan adalah terangnya sinar hari
Yang cahayanya kapan saja bisa melalaikan
Dan tak jarang menyilaukan mata
Berjalan dengan pongah dan membuatku terjatuh kelumpur
Serta membawa pulang tubuh penuh kotoran kerumahku

Wahai Rabb pemilik cahaya dan penguasa seluruh jiwa
Terangilah selalu hati ini
Agar aku bisa memaknai selalu arti hadir cahayaMU.

Surga, Sistem atau Tujuan Kehidupan?

Masjid Nabawi Madinah 2012 Terlalu sering kita mendengar ajakan melakukan amalan amalan menuju surga ataupun meninggalkan perbuatan ...